Pesantren Darul Qalam. Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Featured 1

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 2

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 3

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 4

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 5

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Selasa, 09 Oktober 2012

Silaturrahmi ke Malang

Foto Bersama Keluarga Besar SMK NU Sunan Ampel - Malang

Diskusi Interaktif bersama Kepala sekolah SMK NU malang

Pemaparan dari SMK NU malang oleh Bpk. Abdul Majid

Diskusi bersama Kepala Sekolah SMK Cendikia Bangsa - Malang

Para Pengurus Pesantren Darul Qalam saat melihat Fasilitas SMK NU Sunan Ampel

Jumat, 14 September 2012

LABU - Buah Kegemaran Nabi Muhammad SAW.

Labu (Waloh) - salah satu tanaman Pesantren Darul Qalam
“Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu,” (Ash- Shaffat [37]: 146)

Ayat ini menceritakan kisah Nabi Yunus setelah ditelan ikan paus lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkannya dan menumbuhkan pohon yaqtin atau labu.

Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa seorang penjahit mengundang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghadiri suatu jamuan makan. Kata Anas, “Aku berangkat bersama Rasulullah menghadiri jamuan makan tersebut. Kepada Rasulullah tuan rumah menghidangkan roti dari gandum serta kuah berisi labu dan dendeng. Aku melihat Rasulullah mencari labu dari seputar mangkuk kuah itu.’” (Riwayat Muslim)

Buah labu merupakan salah satu buah kesukaan Rasulullah. Bahkan beliau menyuruh istrinya, Aisyah untuk memperbanyak labu dalam masakannya. Dalam kitab al-Ghailaaniyyat diceritakan, Rasulullah pernah minta kepada Aisyah untuk memperbanyak labu saat memasak sayur. “Sesungguhnya labu itu dapat mengobati kesedihan hati,” kata Rasulullah.

Buah labu bersifat dingin dan basah yang memberikan asupan gizi ringan. Sifatnya yang lembut dan berair dapat memberikan suntikan makanan yang lembab berlendir, serta sangat cocok untuk mereka yang kedinginan dan kelebihan lendir.

Airnya dapat menghilangkan dahaga dan sangat bergizi. Jika diminum dengan quince dalam bentuk selai, dapat melarutkan lendir. Jika ditumbuk lalu dibalutkan di bagian atas kepala dapat membantu mengatasi radang otak.

Perasan airnya bila dicampur dengan air mawar, lalu diteteskan ke telinga, berkhasiat mengatasi pembengkakan telinga.

Labu juga berkhasiat mengobati bengkak mata dan encok panas. Selain itu, ia dapat mengendalikan kadar gula dalam darah.

Bagi mereka yang memiliki pencernaan panas dan menderita demam, dianjurkan mengkonsumsi buah ini.

Kandungan bijinya mengandung sejumlah asam amino langka yang berkhasiat mencegah atau mengatasi hipertrofi atau pembesaran prostat jinak pada pria dewasa. Pada biji labu merah mengandung mineral Zn (seng) dan Mg (Magnesium), yang sangat penting untuk kesehatan organ reproduksi, termasuk kalenjar prostat.

Ilmuwan dari Chosun University, Korea Selatan menemukan bahwa dalam kulit labu terdapat sejenis zat aktif yang mampu membunuh kuman penyebab penyakit candidiasis atau infeksi jamur.*


DARUL QALAM - speeching programs

صاحب البرنامج

spectactors of speeching program

قراءة الصلوات

english speecher

خطابة اللغة العربية

موعطة الحسنة

Minggu, 02 September 2012

Ilmu Itu Amanah

Sudah menjadi kebiasaan jika seorang guru menguji santri-santrinya sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh ilmu yang lebih tinggi lagi. Yusuf bin Al-Husain mendengar bahwa Dzu Nun Al-Mishri memiliki pengetahuan paling tinggi dan mulia, yaitu ilmu tentang asma Allah. Karena ingin memperoleh ilmu tersebut, Yusuf bin Al-Husain segera bertolak ke Mesir untuk menjadi murid Dzu Nun.

Setahun berlalu dan Yusuf masih setia mengabdikan dirinya sebagai santri di tempat Dzu Nun tinggal. Namun, ilmu yang ia dambakan tak kunjung diajarkan. la pun memberanikan diri untuk bertanya kepada gurunya, “Wahai Guruku. Aku telah mengabdikan diri untukmu dan kini aku menuntut hakku darimu. Engkau mengetahui asma Allah yang paling agung dan kau telah mengenalku dengan baik. Oleh karena itu, berilah aku jalan untuk memperoleh ilmu tersebut!” pinta Yusuf.

Dzu Nun hanya terdiam menanggapi permintaan muridnya. Yusuf pun tidak berani mengusik gurunya dengan permohonannya tersebut. Akhirnya, Yusuf memilih untuk bersabar hingga gurunya bersedia menurunkan ilmu tinggi itu kepadanya.

Enam bulan kemudian, sang guru memerintahkan Yusuf untuk mengantar sebuah kotak yang dibalut sapu tangan kepada sahabatnya yang tinggal di Fushthath. Sang guru berpesan agar tidak membuka kotak tersebut karena isinya sangat berharga.

Yusuf pun menyanggupi perintah gurunya. Itu artinya sang guru sudah mulai percaya kepadanya. Dengan perbekalan yang telah dipersiapkan, Yusuf pergi menuju ke Kota Fushthath untuk menyerahkan kotak tersebut kepada sahabat gurunya.

Di tengah perjalanan, godaan pun muncul. la sangat penasaran dengan isi kotak itu. Sebenarnya barang berharga apa yang akan guru berikan kepada sahabatnya. Yusuf memerhatikan kotak di tangannya. Kemudian ia bolak balik, guncangkan kotaknya, dan perhatikan ukurannya sambil mengira-ngira isi di dalamnya.

Rasa penasaran makin membendung di benaknya. Akalnya tidak bisa menebak isi kotak tersebut sehingga ia menjadi pusing karenanya. la berpikir untuk melanggar perintah guru dan membuka kotak tersebut.

Toh, dengan mudah ia bisa membungkusnya kembali sehingga tidak ada orang yang tahu bahwa kotak itu pernah dibuka sebelumnya. Rasa penasaran itu membuat ia lalai dengan amanahnya. Dibukalah sapu tangan pembungkus kotak tersebut dengan hati-hati.

Kotak pun dibuka, seekor tikus kecil meloncat keluar dari kotak. Betapa terkejutnya Yusuf ketika ia mengetahui bahwa barang berharga yang dibawanya hanyalah seekor tikus. la merasa dipermainkan oleh sang guru karena memerintahnya agar melakukan perjalanan jauh hanya untuk menyampaikan seekor tikus. Yusuf pun pulang dengan membawa kekecewaan dan kemarahan yang besar kepada gurunya.

Ketika Dzu Nun melihat kepulangan muridnya dengan raut muka kesal dan marah, ia sudah bisa mengetahui apa yang terjadi. Dibiarkannya si murid mengungkapkan kekesalannya. Setelah itu, Dzu Nun berkata, “Hai Yusuf. Aku hanya ingin menguji kesabaran dan kesungguhanmu. Baru seekor tikus saja yang aku amanatkan, kau sudah berani mengkhianatiku. Bagaimana jadinya kalau aku mengamanatkan asma Allah yang paling agung? Pergilah dan jangan menemuiku lagi!”

Yusuf tersentak kaget. Mengapa ia tidak menyadari dari awal bahwa yang terjadi adalah kesalahannya, yaitu melanggar amanah. llmu Allah itu pun amanah yang harus dilaksanakan. Benar kata sang guru, aku memang belum pantas untuk mendapatkan ilmu itu sebelum aku bisa menjaga amanah dengan baik, gumam Yusuf.
http://www.sarkub.com/2011/ilmu-adalah-amanah/

Sebentar lagi, Mimpi itu akan menjadi kenyataan

Gubuk tua sekarang menjadi Guest House

Pengukuran lokasi yang akan di bangun
para pekerja membuat pondasi

Peletakan batu pertama oleh Pengasuh Pesantren Darul Qalam

Meratakan tanah untuk bangunan Gedung

bentuk bangunan lantai dasar

gambaran gedung secara total



Sabtu, 01 September 2012

Antara Ilmu dan Ijazah

 Jika tidak harus memilih,  di antara ilmu dan ijazah, maka keduanya sama-sama penting dan harus diambil. Ilmu penting, tetapi ijazah juga perlu. Namun kalau harus memilih, maka umumnya orang akan memilih ijazah. Makanya, sering kita dengar suara aneh, cari ijazah dulu, sedangkan ilmu bisa didapat kemudian. Padahal, kenyataannya hal itu sulit terjadi. Biasanya setelah mendapat ijazah, maka   belajarnya berhenti, karena dirasa sudah mencukupi.   

Orang lebih mengutamakan ijazah dari pada ilmu, karena tanpa ijazah, ilmunya tidak akan diakui. Bahkan pemerintah pun tidak akan mengakui ilmu seseorang jikia tidak bisa membuktikan dengan selembar kertas yang bernama ijazah itu.  Sebaliknya, pemegang ijazah, sekalipun tidak berilmu sebagaimana tergambar dalam ijazahnya itu, tetap akan diakui. 

Padahal ilmu bisa didapat tanpa guru dan juga tanpa sekolah. Orang yang berilmu luas tanpa berguru dan bersekolah disebut aotodidak. Pada kenyataannya, memang banyak orang tanpa berguru dan tanpa sekolah bisa menunjukkan kepintarannya.  Sebaliknya, juga tidak sulit kita temukan,  pemegang ijazah dan juga pemakai beberapa gelar akademik, tetapi tidak menunjukkan adanya ilmu yang disandangnya.

Tatkala ijazah dipandang lebih penting dari pada ilmu, maka orang ramai-ramai mengejar ijazah. Lembaga pendidikan yang cepat meluluskan dan mengeluarkan ijazah dianggap lebih baik dan bermutu. Maka dalam memilih sekolah, tidak sedikit orang menjatuhkan pilihan pada lembaga pendidikan yang segera meluluskan. Lebih cepat ijazah diperoleh, dianggap lebih baik. 

Hal sama anehnya juga terkait dengan ujian. Siapapun melarang, jika seorang belajar hanya berniat untuk menghadapi ujian. Akan tetapi, justru yang terjadi adalah seperti itu. Siswa dan bahkan mahasiswa baru belajar kalau akan ujian. Oleh karena itu, sering  kita dengar, orang tahan  di ruang belajar berlama-lama, tidak mau diajak kemana-mana, dengan alasan  akan mempersiapkan ujian. Menghadapi  ujian sedemikian penting, dianggap menentukan nasibnya.

Orientasi belajar seperti itu, maka menjadikan ilmu yang didapatkan oleh seseorang tidak bertahan lama.  Segera setelah mendapatkan ijazah sekolah dasar misalnya, maka hilanglah ilmu yang diterima selama enam tahun, kecuali beberapa saja yang tersisa. Hal yang sama dialami ketika setelah mereka mendapatkan ijazah SMP, SMA, dan bahkan juga  setelah diwisuda dan mendapatkan gelar sarjana.  Apa saja yang telah dipelajari hilang, setelah ijazah itu didapat.
          
Pandangan seperti itu, menjadikan ujian dan ijazah sedemikian penting. Bahkan sekolah bukan untuk mendapatkan  ilmu, tetapi ijazah. Oleh karena itu, setelah dinyatakan lulus, maka rasa kegembiranya berlebihan, diekpresikan dengan mencorat-coret baju di antara temannya. Bahkan juga kebut-kebutan bersama, hingga merepotkan polisi lalu lintas segala.
          
Kebiasaan seperti itu menjadikan upaya peningkatan mutu pendidikan sangat sulit diupayakan. Siswa tidak mau belajar jika tidak ada ujian. Selanjutnya, ujian diikuti,  agar lulus dan mendapatkan ijazah. Seseorang yang tidak lulus ujian merasa sebagai penderitaan yang luar biasa. Siapa saja disalahkan, kecuali dirinya sendiri. Anehnya, sekolah pun juga berharap begitu, menginginkan agar  siswanya lulus semua, termasuk yang tidak pintar.

Sebagai akibat dari tumbuhnya budaya yang menghargai ijazah sebagai segala-galanya itu, maka sekolah bukan tempat yang menyenangkan untuk mendapat dan mengembangkan  ilmu pengetahuan. Sekolah oleh sementara orang dirasa bagaikan penjara. Oleh sebab itu, tatkala dinyatakan lulus dan mendapatkan ijazah, mereka gembira luar biasa.  Sebaliknya, bagi yang tidak lulus merasa seolah-olah masa tinggal di rumah penjara harus diperpanjang.

Cara memandang  ilmu dan ijazah seperti itu, menjadikan sementara orang mencari jalan pintas. Ada saja orang mendapatkan ijazah tanpa sekolah, yaitu dengan cara beli, hingga muncul istilah ijazah palsu. Kenyataan itu sangat memprihatinkan. Bukan saja menyesalkan terjadinya kecurangan pemalsuan ijazah, melainkan hal itu sebenarnya sebagai pertanda bahwa sementara lembaga pendidikan sudah tidak  berhasil menjadi  pembeda, antara orang yang sekolah dan yang tidak. Ijazah palsu pun baru diketahui setelah ada pihak yang mengadukan. Padahal semestinya, orang pintar dan tidak pintar bisa diketahui dari penampilannya dan bukan dari sebatas ijazah yang dimiliki.

Peringatan hari pendidikan seperti sekarang ini, perlu dijadikan momentum untuk menata atau meluruskan cara pandang terhadap  lembaga pendidikan. Konsolidasi idiil seperti itu tidak kalah pentingnya, atau setidak-tidaknya sama urgennya dengan upaya mencari cara untuk peningkatan kualitas pendidikan, yang bersifat fisik.  Kecukupan dana dan fasilitas pendidikan tidak akan banyak artinya, jika orientasi atau niat belajar para siswa atau mahasiswa tidak tepat, yaitu hanya ingin mendapatkan nilai, IP atau ijazah belaka.  Wallahu a’lam.

Kamis, 30 Agustus 2012

KANDANG SAPI DI RUBAH MENJADI PESANTREN SALAFI MODEREN

N
Persiapan Peletakan Batu Pertama Pesantren Darul Qalam
Jangan heran jika keberadaan kandang sapi yang terletak di tengah-tengah tegalan kebun desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur kini dirubah menjadi sebuah pesantren modern oleh pemiliknya, Kyai Nurul Yaqin.
Tanah seluas 1.7 hektar yang diatasnya berdiri sebuah kandang sapi tersebut merupakan tanah warisan yang diwakafkan untuk dibangun sebuah pesantren.
Kyai Nurul Yaqin, seusai meletakkan batu pertama pembangunan gedung pesantren, kepada suarakawan.com, Sabtu (30/06) mengatakan, tanah kebun seluas 1.7 hektar tersebut adalah warisan keluarganya dan telah diwakafkan untuk didirikan sebuah pesantren.
“Motivasi saya untuk mendirikan pesantren yang bernama Darul Qolam ini berasal dari cita-cita orang tua saya 20 tahun silam yang berkeinginan melestarikan dan mengembangkan tradisi pesantren,” kata Kyai yang kini sudah mempunyai santri kalong sebanyak 50 orang dari berbagai daerah tersebut.
Pengasuh mengaku bahwa pembangunan pesantren Darul Qolam tersebut merupakan upaya melestarikan keilmuan salafiyah ditengah ancaman modernitas yang menggerus nilai – nilai tradisi dan budaya Islami.
Selain itu, pesantren yang didirikannya tersebut juga bertujuan membantu masyarakat miskin agar mampu memberikan pendidikan kepada putra-putrinya.
“Karena nyantri disini tidak dipungut biaya alias gratis,” ujar kyai nyentrik tersebut.
Rencananya, bangunan pesantren terdiri dari 75 lokal atau kelas dan sebuah asrama. Dan untuk bahasa yang digunakan sehari-harinya menggunakan bahasa arab dan bahasa inggris.
“Demikian pula referensi dan kitab-kitab serta buku bacaannya menggunakan bahasa arab dan bahasa Inggris,” jelasnya.
Kyai Nurul Yaqin mengaku, sebelumnya lahan tersebut merupakan kandang ternak sapi sekaligus gudang pakan ternak.

Sementara itu, ratusan warga sekitar lokasi pembangunan pesantren Darul Qolam nampak sumringah dan berduyun-duyun ikut menyaksikan peletakan batu pertama.
H Suroto, salah satu tokoh desa sekapuk mengaku bangga dengan keberadaan pesantren baru tersebut, menurutnya pembangunan pesantren cukup penting artinya lebih-lebih di Gresik bagian utara beberapa tahun lagi akan dirubah menjadi kawasan industri baru.

Pertanian: Seni Maju Peradaban Islam


Ada pepatah Arab mengatakan, “Alfallaahu sayyidul bilaadi wa maalikuhu-l-haqiiqi.” (seorang petani adalah tuan dari sebuah Negara dan pemilik wilayah yang sesungguhnya). Betapa pentingnya pertaniaan dan kemuliaan seorang petani dalam pandangan Islam.


Namun sekiranya kita melihat keadaan sekeliling kita, bahwasanya keberadaan petani tidaklah bernilai lebih dari wujud buruh. Masyarakat modern sekarang tidaklah memperhatikan bahwasanya kerja keras petanilah yang mempunyai peran paling besar dalam kelangsungan kesejahteraan manusia, dari segi pangan terutama. Padahal sebagai khalifah di muka bumi, alangkah sudah sepatutnya manusia untuk memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya pada para petani, sebagaimana islam telah memuliakan petani sejak zaman dahulu, dan pertanian zaman islam sendiri pun telah menjadi sebuah corak peradaban dengan nilai tambah tersendiri yang tak mungkin terpisahkan.


Kepentingan sektor pertanian dalam kehidupan manusia dan keperluannya begitu ketara sejak zaman terawal lagi. Sejak sekian lama sektor pertanian sentiasa diberikan penekanan oleh ahli agronomi dalam kajian dan tulisan mereka.

Sebuah contoh saja Al-Qazwini. Ia adalah ilmuwan yang lahir di Kazwin, Persia pada tahun 1200 M / 600 H. Ia adalah seorang ilmuwan muslim yang ahli dalam bidang botani, geografi, astronomi, mineralogi hingga etnografi.

Dalam bukunya yang berjudul “Ajaib al Makhluqat wa Garaib al Maujudat”, Al Qazwini menerangkan betapa pertanian amat penting dalam kelangsungan hidup manusia.

Dalam masa khilafah islamiyah pun, kegiatan pertanian merupakan salah satu daripada pekerjaan yang mulia dan amat digalakkan. Kepentingannya tidak dapat dinafikan lagi apabila hasil industri ini turut menyumbang kepada hasil makanan negara selain merupakan sumber pendapatan petani. Bidang pertanian juga merupakan salah satu dari sekian lahan pekerjaan halal yang amat diutamakan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dalam Kitab-Nya Allah berfirman:

“Kami menjadikan (di atas muka bumi ini tempat yang sesuai untuk dibuat) ladang-ladang kurma dan anggur. Kami pancarkan banyak mata air (di situ). Tujuannya supaya mereka boleh mendapat rezeki daripada hasil tanaman tersebut dan tanam-tanaman lain yang mereka usahakan. Adakah mereka berasa tidak perlu bersyukur?.” (QS: Yasin : 34-35)

Rasulullah SAW pun bersabda dalam sebauh hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Tiada seorang Muslim pun yang bertani atau berladang lalu hasil pertaniannya dimakan oleh burung atau manusia ataupun binatang melainkan bagi dirinya daripada tanaman itu pahala sedekah.”

Dalam sebuah hadist riwayat Muslim, juga disebutkan, “Tiada seorang muslim menanam dan bertani maka hasil pertaniannya itu dimakan oleh manusia, binatang dan sebagainya melainkan dia akan menerima ganjaran pahala sedekah – dalam riwayat yang lain: “melainkan dia akan menerima pahala sedekah hingga hari Kiamat.”

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Imam An- Nawawi bahawa hadits-hadits yang dinyatakan di atas adalah penjelasan mengenai fadilat (kelebihan) bercocok tanam dan ganjaran bagi orang yang melakukannya itu berterusan hingga hari Kiamat selagi tanaman itu masih kekal.

Bahkan Imam An-Nawawi sendiripun pernah berpendapat bahwasanya pertanian merpupakan pekerjaan yang paling afdhal dan diridhoi oleh Allah SWT (Al-Majmuk: 9/54 & Shahih Muslim Syarh Imam An-Nawawi)

Sedangkan dari aspek akidah, kegiatan pertanian dapat mendekatkan diri seseorang kepada Allah. Di mana tanda kebesaran Allah dapat dilihat dengan jelas dalam proses kejadian tumbuh-tumbuhan atau tanaman. Apabila seseorang itu melakukan usaha pertanian, ia akan membuatkan seseorang itu lebih memahami hakikat sebenar konsep tawakal dan beriman kepada kekuasaan-Nya. Yang memberikan hasil tetap datangnya dari Allah Swt.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Kitab-Nya dalam surat Al An’aam ayat 99 yang diterjemahkan sebagaimana berikut:
“Dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu segala jenis tumbuh-tumbuhan, kemudian Kami keluarkan daripadanya tanaman yang menghijau, Kami keluarkan pula dari tanaman itu butir-butir (buah-buahan) yang bergugus-gugus; dan dari pohon-pohon tamar (kurma), dari mayang-mayangnya (Kami keluarkan) tandan-tandan buah yang mudah dicapai dan dipetik; dan (Kami jadikan) kebun-kebun dari anggur dan zaitun serta delima, yang bersamaan (bentuk, rupa dan rasanya) dan yang tidak bersamaan. Perhatikanlah kamu kepada buahnya apabila ia berbuah, dan ketika masaknya. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda (yang menunjukkan kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-An`am : 99)

Menurut Dr. Zainal Azam Abd. Rahman seorang cendikiawan Islam, menyatakan bahwa kegiatan pertanian dapat diijtihadkan menjadi fardi kifayah hukumnya karena manfaatnya jauh lebih besar daripada manfaat pribadi, sebagaimana firman Allah dalam surah Abasa ayat 27 – 32 yang artinya:

“Lalu Kami tumbuhkan pada bumi biji-bijian (27) Dan buah anggur serta sayur-sayuran (28) Dan zaitun serta pohon-pohon kurma (29) Dan taman-taman yang menghijau subur (30) Dan berbagai-bagai buah-buahan serta bermacam-macam rumput. (31) Untuk kegunaan kamu dan binatang-binatang ternakan kamu (32).” (Q.S. `Abasa :27-32)

Pertanian dalam Peradaban Islam

Pada sekitar abad 7-8, agama Islam berkembang sangat pesat, mulai dari Asia, Afrika, hingga Eropa. Demikian juga khazanah ilmu pengetahuan Islam, termasuk bidang pertanian, telah mengalami revolusi yang amat mencengangkan. Tercatat, dalam sejarah Islam, revolusi ini mengalir dari wilayah dunia timur ke barat.

Salah satu hal yang menonjol dalam revolusi pertanian kala itu adalah dikenalnya banyak jenis tanaman baru dan peralatan pertanian. Pada buku Teknologi dalam Sejarah Islam karya Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill, disebutkan beberapa jenis tanaman yang mulai dikenal masyarakat Arab dalam revolusi itu, seperti padi, tebu, kapas, terong, bayam, semangka, dan berbagai sayuran serta buah-buahan lainnya.

Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill pun sempat menyalurkan pendapatnya lewat buku mereka tersebut;

"……Penyebaran ini sungguh luar biasa, mengingat penyebaran tersebut terjadi hanya dalam kurun waktu yang singkat. Terlebih lagi, tanaman-tanaman itu berasal dari daerah tropis yang tidak mudah ditanam di daerah yang lebih dingin dan kering (seperti di Jazirah Arab dan Afrika). Prestasi ini tak ada tandingannya hingga masa-masa setelahnya……..,"

Pengenalan tanaman-tanaman baru itu diikuti pula dengan penemuan cara teknik bercocok tanamnya. Sebelumnya, petani di kawasan Arab dan Afrika memulai musim tanam ketika musim dingin tiba. Sedangkan, pada musim panas, sawah mereka dibiarkan kosong dan mereka pun menganggur. Model bercocok tanam seperti itu tidak dapat dipertahankan setelah revolusi pertanian terjadi pada era Islam. Karena, padi, kapas, tebu terong, dan semangka hanya dapat tumbuh dan berbuah pada musim panas. Dengan demikian, irama agrikultur tahunan pun berubah total. Tanah dan tenaga yang dulunya menganggur ketika musim panas, sejak saat itu, bergerak lebih produktif.

Efek positif lainnya yang diketahui berpengaruh adalah ditemukannya sistem cocok tanam yang baru. Tanaman, seperti padi, tebu, dan kapas, memang memerlukan air dalam jumlah yang banyak. Sedangkan, sistem pengairan sebelum masa Islam, menurut Al-Hassan dan Hill, sama sekali tidak mendukung kelangsungan sistem pertanian yang baru ini. Hingga akhirnya, masyarakat Islam membangun sistem irigasi dengan pola dan sistem yang lebih modern. Diciptakanlah teknologi irigasi, distribusi air, serta cara-cara penyimpanannya. Sampai-sampai hampir di semua sumber air, seperti sungai, oasis, dan mata air, didirikan bangunan atau peralatan pengairan kebun dan sawah.

Haram dalam Pertanian

Namun, berkaitan dalam betapa besar pengaruh pertanian dalam Peradaban Islam, Imam An-Nawawi pun menambahkan bahwasanya menanam tanaman yang bisa menjerumuskan kepasa sesuatu yang membahayakan, baik mabuk maupun ketagihan adalah sesuatu yang terlarang. Seperti jikalau seorang menaman buah anggur untuk kepentingan sebuah pabrik minuman keras misalnya, maka usaha pertanianya jelas-jelas haram. Karena secara tidak langsung dia telah membantu ummat untuk berbuat maksiat.

Namun, jika kita saksikan di Indonesia sekarang ini, telah terjadi pergulatan yang cukup panas antara kubu pendukung tetap berdirinya pabrik rokok dan yang kontra terhadapnya.

Sebagai contoh saja, NU hanya menyatakan bahwasanya hukum rokok hanya sampai tahap makruh saja, sementara Muhammadiyah menghukumi haram.

Sebagai penutup, Indonesia adalah bagian bumi yang terhijau dan telah menggugah liur para penjajah Eropa selama lebih 350 tahun. Lihatlah keluar jendela Anda sekarang dan perhatikan selembar daun ataupun sehelai rumput yang melambai-lambai. Itulah kekayaan Negeri kita yang tak ada duanya. Nah, mengapa pertanian tidak kita galakkan untuk menunjukkan, betapa besar nikmat Allah kepada kita?

Kunjungan kepala PK Pontren Gresik

Pengasuh, Pengurus Lembaga, dan Kepala PK Pontren Gresik

Bapak Faisal (memakai kopyah) dan Bapak Asyiq

Ramah Tamah

Kegiatan Ramadlan 1433 H.

Ust. Ainur Rofiq (Fathul Qorib)

Para santri putra hikmat dalam kegiatan mengaji Ramadlan 1433 H.

Para santri putri hikmat dalam kegiatan mengaji Ramadlan 1433 H.

Ust. Amrullah (Tafsir Surat Yasin)

KH. Muhammad Bashor (Mukhtarul Ahadits)

Ust. Muhammad Efendi (Ta'limul Muta'allim)