Pesantren Darul Qalam. Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Featured 1

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 2

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 3

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 4

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 5

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Selasa, 09 Oktober 2012

Silaturrahmi ke Malang

Foto Bersama Keluarga Besar SMK NU Sunan Ampel - Malang

Diskusi Interaktif bersama Kepala sekolah SMK NU malang

Pemaparan dari SMK NU malang oleh Bpk. Abdul Majid

Diskusi bersama Kepala Sekolah SMK Cendikia Bangsa - Malang

Para Pengurus Pesantren Darul Qalam saat melihat Fasilitas SMK NU Sunan Ampel

Jumat, 14 September 2012

LABU - Buah Kegemaran Nabi Muhammad SAW.

Labu (Waloh) - salah satu tanaman Pesantren Darul Qalam
“Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu,” (Ash- Shaffat [37]: 146)

Ayat ini menceritakan kisah Nabi Yunus setelah ditelan ikan paus lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkannya dan menumbuhkan pohon yaqtin atau labu.

Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa seorang penjahit mengundang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghadiri suatu jamuan makan. Kata Anas, “Aku berangkat bersama Rasulullah menghadiri jamuan makan tersebut. Kepada Rasulullah tuan rumah menghidangkan roti dari gandum serta kuah berisi labu dan dendeng. Aku melihat Rasulullah mencari labu dari seputar mangkuk kuah itu.’” (Riwayat Muslim)

Buah labu merupakan salah satu buah kesukaan Rasulullah. Bahkan beliau menyuruh istrinya, Aisyah untuk memperbanyak labu dalam masakannya. Dalam kitab al-Ghailaaniyyat diceritakan, Rasulullah pernah minta kepada Aisyah untuk memperbanyak labu saat memasak sayur. “Sesungguhnya labu itu dapat mengobati kesedihan hati,” kata Rasulullah.

Buah labu bersifat dingin dan basah yang memberikan asupan gizi ringan. Sifatnya yang lembut dan berair dapat memberikan suntikan makanan yang lembab berlendir, serta sangat cocok untuk mereka yang kedinginan dan kelebihan lendir.

Airnya dapat menghilangkan dahaga dan sangat bergizi. Jika diminum dengan quince dalam bentuk selai, dapat melarutkan lendir. Jika ditumbuk lalu dibalutkan di bagian atas kepala dapat membantu mengatasi radang otak.

Perasan airnya bila dicampur dengan air mawar, lalu diteteskan ke telinga, berkhasiat mengatasi pembengkakan telinga.

Labu juga berkhasiat mengobati bengkak mata dan encok panas. Selain itu, ia dapat mengendalikan kadar gula dalam darah.

Bagi mereka yang memiliki pencernaan panas dan menderita demam, dianjurkan mengkonsumsi buah ini.

Kandungan bijinya mengandung sejumlah asam amino langka yang berkhasiat mencegah atau mengatasi hipertrofi atau pembesaran prostat jinak pada pria dewasa. Pada biji labu merah mengandung mineral Zn (seng) dan Mg (Magnesium), yang sangat penting untuk kesehatan organ reproduksi, termasuk kalenjar prostat.

Ilmuwan dari Chosun University, Korea Selatan menemukan bahwa dalam kulit labu terdapat sejenis zat aktif yang mampu membunuh kuman penyebab penyakit candidiasis atau infeksi jamur.*


DARUL QALAM - speeching programs

صاحب البرنامج

spectactors of speeching program

قراءة الصلوات

english speecher

خطابة اللغة العربية

موعطة الحسنة

Minggu, 02 September 2012

Ilmu Itu Amanah

Sudah menjadi kebiasaan jika seorang guru menguji santri-santrinya sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh ilmu yang lebih tinggi lagi. Yusuf bin Al-Husain mendengar bahwa Dzu Nun Al-Mishri memiliki pengetahuan paling tinggi dan mulia, yaitu ilmu tentang asma Allah. Karena ingin memperoleh ilmu tersebut, Yusuf bin Al-Husain segera bertolak ke Mesir untuk menjadi murid Dzu Nun.

Setahun berlalu dan Yusuf masih setia mengabdikan dirinya sebagai santri di tempat Dzu Nun tinggal. Namun, ilmu yang ia dambakan tak kunjung diajarkan. la pun memberanikan diri untuk bertanya kepada gurunya, “Wahai Guruku. Aku telah mengabdikan diri untukmu dan kini aku menuntut hakku darimu. Engkau mengetahui asma Allah yang paling agung dan kau telah mengenalku dengan baik. Oleh karena itu, berilah aku jalan untuk memperoleh ilmu tersebut!” pinta Yusuf.

Dzu Nun hanya terdiam menanggapi permintaan muridnya. Yusuf pun tidak berani mengusik gurunya dengan permohonannya tersebut. Akhirnya, Yusuf memilih untuk bersabar hingga gurunya bersedia menurunkan ilmu tinggi itu kepadanya.

Enam bulan kemudian, sang guru memerintahkan Yusuf untuk mengantar sebuah kotak yang dibalut sapu tangan kepada sahabatnya yang tinggal di Fushthath. Sang guru berpesan agar tidak membuka kotak tersebut karena isinya sangat berharga.

Yusuf pun menyanggupi perintah gurunya. Itu artinya sang guru sudah mulai percaya kepadanya. Dengan perbekalan yang telah dipersiapkan, Yusuf pergi menuju ke Kota Fushthath untuk menyerahkan kotak tersebut kepada sahabat gurunya.

Di tengah perjalanan, godaan pun muncul. la sangat penasaran dengan isi kotak itu. Sebenarnya barang berharga apa yang akan guru berikan kepada sahabatnya. Yusuf memerhatikan kotak di tangannya. Kemudian ia bolak balik, guncangkan kotaknya, dan perhatikan ukurannya sambil mengira-ngira isi di dalamnya.

Rasa penasaran makin membendung di benaknya. Akalnya tidak bisa menebak isi kotak tersebut sehingga ia menjadi pusing karenanya. la berpikir untuk melanggar perintah guru dan membuka kotak tersebut.

Toh, dengan mudah ia bisa membungkusnya kembali sehingga tidak ada orang yang tahu bahwa kotak itu pernah dibuka sebelumnya. Rasa penasaran itu membuat ia lalai dengan amanahnya. Dibukalah sapu tangan pembungkus kotak tersebut dengan hati-hati.

Kotak pun dibuka, seekor tikus kecil meloncat keluar dari kotak. Betapa terkejutnya Yusuf ketika ia mengetahui bahwa barang berharga yang dibawanya hanyalah seekor tikus. la merasa dipermainkan oleh sang guru karena memerintahnya agar melakukan perjalanan jauh hanya untuk menyampaikan seekor tikus. Yusuf pun pulang dengan membawa kekecewaan dan kemarahan yang besar kepada gurunya.

Ketika Dzu Nun melihat kepulangan muridnya dengan raut muka kesal dan marah, ia sudah bisa mengetahui apa yang terjadi. Dibiarkannya si murid mengungkapkan kekesalannya. Setelah itu, Dzu Nun berkata, “Hai Yusuf. Aku hanya ingin menguji kesabaran dan kesungguhanmu. Baru seekor tikus saja yang aku amanatkan, kau sudah berani mengkhianatiku. Bagaimana jadinya kalau aku mengamanatkan asma Allah yang paling agung? Pergilah dan jangan menemuiku lagi!”

Yusuf tersentak kaget. Mengapa ia tidak menyadari dari awal bahwa yang terjadi adalah kesalahannya, yaitu melanggar amanah. llmu Allah itu pun amanah yang harus dilaksanakan. Benar kata sang guru, aku memang belum pantas untuk mendapatkan ilmu itu sebelum aku bisa menjaga amanah dengan baik, gumam Yusuf.
http://www.sarkub.com/2011/ilmu-adalah-amanah/

Sebentar lagi, Mimpi itu akan menjadi kenyataan

Gubuk tua sekarang menjadi Guest House

Pengukuran lokasi yang akan di bangun
para pekerja membuat pondasi

Peletakan batu pertama oleh Pengasuh Pesantren Darul Qalam

Meratakan tanah untuk bangunan Gedung

bentuk bangunan lantai dasar

gambaran gedung secara total



Sabtu, 01 September 2012

Antara Ilmu dan Ijazah

 Jika tidak harus memilih,  di antara ilmu dan ijazah, maka keduanya sama-sama penting dan harus diambil. Ilmu penting, tetapi ijazah juga perlu. Namun kalau harus memilih, maka umumnya orang akan memilih ijazah. Makanya, sering kita dengar suara aneh, cari ijazah dulu, sedangkan ilmu bisa didapat kemudian. Padahal, kenyataannya hal itu sulit terjadi. Biasanya setelah mendapat ijazah, maka   belajarnya berhenti, karena dirasa sudah mencukupi.   

Orang lebih mengutamakan ijazah dari pada ilmu, karena tanpa ijazah, ilmunya tidak akan diakui. Bahkan pemerintah pun tidak akan mengakui ilmu seseorang jikia tidak bisa membuktikan dengan selembar kertas yang bernama ijazah itu.  Sebaliknya, pemegang ijazah, sekalipun tidak berilmu sebagaimana tergambar dalam ijazahnya itu, tetap akan diakui. 

Padahal ilmu bisa didapat tanpa guru dan juga tanpa sekolah. Orang yang berilmu luas tanpa berguru dan bersekolah disebut aotodidak. Pada kenyataannya, memang banyak orang tanpa berguru dan tanpa sekolah bisa menunjukkan kepintarannya.  Sebaliknya, juga tidak sulit kita temukan,  pemegang ijazah dan juga pemakai beberapa gelar akademik, tetapi tidak menunjukkan adanya ilmu yang disandangnya.

Tatkala ijazah dipandang lebih penting dari pada ilmu, maka orang ramai-ramai mengejar ijazah. Lembaga pendidikan yang cepat meluluskan dan mengeluarkan ijazah dianggap lebih baik dan bermutu. Maka dalam memilih sekolah, tidak sedikit orang menjatuhkan pilihan pada lembaga pendidikan yang segera meluluskan. Lebih cepat ijazah diperoleh, dianggap lebih baik. 

Hal sama anehnya juga terkait dengan ujian. Siapapun melarang, jika seorang belajar hanya berniat untuk menghadapi ujian. Akan tetapi, justru yang terjadi adalah seperti itu. Siswa dan bahkan mahasiswa baru belajar kalau akan ujian. Oleh karena itu, sering  kita dengar, orang tahan  di ruang belajar berlama-lama, tidak mau diajak kemana-mana, dengan alasan  akan mempersiapkan ujian. Menghadapi  ujian sedemikian penting, dianggap menentukan nasibnya.

Orientasi belajar seperti itu, maka menjadikan ilmu yang didapatkan oleh seseorang tidak bertahan lama.  Segera setelah mendapatkan ijazah sekolah dasar misalnya, maka hilanglah ilmu yang diterima selama enam tahun, kecuali beberapa saja yang tersisa. Hal yang sama dialami ketika setelah mereka mendapatkan ijazah SMP, SMA, dan bahkan juga  setelah diwisuda dan mendapatkan gelar sarjana.  Apa saja yang telah dipelajari hilang, setelah ijazah itu didapat.
          
Pandangan seperti itu, menjadikan ujian dan ijazah sedemikian penting. Bahkan sekolah bukan untuk mendapatkan  ilmu, tetapi ijazah. Oleh karena itu, setelah dinyatakan lulus, maka rasa kegembiranya berlebihan, diekpresikan dengan mencorat-coret baju di antara temannya. Bahkan juga kebut-kebutan bersama, hingga merepotkan polisi lalu lintas segala.
          
Kebiasaan seperti itu menjadikan upaya peningkatan mutu pendidikan sangat sulit diupayakan. Siswa tidak mau belajar jika tidak ada ujian. Selanjutnya, ujian diikuti,  agar lulus dan mendapatkan ijazah. Seseorang yang tidak lulus ujian merasa sebagai penderitaan yang luar biasa. Siapa saja disalahkan, kecuali dirinya sendiri. Anehnya, sekolah pun juga berharap begitu, menginginkan agar  siswanya lulus semua, termasuk yang tidak pintar.

Sebagai akibat dari tumbuhnya budaya yang menghargai ijazah sebagai segala-galanya itu, maka sekolah bukan tempat yang menyenangkan untuk mendapat dan mengembangkan  ilmu pengetahuan. Sekolah oleh sementara orang dirasa bagaikan penjara. Oleh sebab itu, tatkala dinyatakan lulus dan mendapatkan ijazah, mereka gembira luar biasa.  Sebaliknya, bagi yang tidak lulus merasa seolah-olah masa tinggal di rumah penjara harus diperpanjang.

Cara memandang  ilmu dan ijazah seperti itu, menjadikan sementara orang mencari jalan pintas. Ada saja orang mendapatkan ijazah tanpa sekolah, yaitu dengan cara beli, hingga muncul istilah ijazah palsu. Kenyataan itu sangat memprihatinkan. Bukan saja menyesalkan terjadinya kecurangan pemalsuan ijazah, melainkan hal itu sebenarnya sebagai pertanda bahwa sementara lembaga pendidikan sudah tidak  berhasil menjadi  pembeda, antara orang yang sekolah dan yang tidak. Ijazah palsu pun baru diketahui setelah ada pihak yang mengadukan. Padahal semestinya, orang pintar dan tidak pintar bisa diketahui dari penampilannya dan bukan dari sebatas ijazah yang dimiliki.

Peringatan hari pendidikan seperti sekarang ini, perlu dijadikan momentum untuk menata atau meluruskan cara pandang terhadap  lembaga pendidikan. Konsolidasi idiil seperti itu tidak kalah pentingnya, atau setidak-tidaknya sama urgennya dengan upaya mencari cara untuk peningkatan kualitas pendidikan, yang bersifat fisik.  Kecukupan dana dan fasilitas pendidikan tidak akan banyak artinya, jika orientasi atau niat belajar para siswa atau mahasiswa tidak tepat, yaitu hanya ingin mendapatkan nilai, IP atau ijazah belaka.  Wallahu a’lam.